Wellcome!

Here, you can find everything about everything. Find it and study more about life. I hope you can take some lessons from my life.

26 October 2007

Feature:Surga di balik hutan belantara


By rahmat hidayat

Gemercik air, kicauan burung dan suara dedaunan jatuh Tergambar di benak kami. Namun, untuk mendapatkan suasana tersebut terkadang memerlukan usaha yang besar.

Kami, pengurus BEMA (Badan Eksekutif Mahasiswa) IAIN Ar-Raniry, melakukan rihlah ke Jantho. Ibu kota kabupaten Aceh Besar ini, rupanya menyimpan surga yang indah bagi para advanture. Disana terdapat sebuah tempat wisata yang di kenal dengan sebutan Bendungan.

Ketinggalan Bus
Bendungan, sesuai dengan namanya, ialah sebuah penampungan air yang berasal dari gunung dan dialirinkan ke sawah-sawah penduduk. Untuk sampai ketempat tersebut, kami menaiki mobil bus dalam waktu 1 jam perjalanan dengan jarak 50 KM dari kota Banda Aceh.

Sesampainya di persimpangan jalan menuju kota Jantho dan Jalan Medan-Banda Aceh, Kami berhenti sejenak untuk membeli makanan serta berbagai persiapan yang diperlukan untuk menempuh perjalanan panjang ini. Setelah itu, kami mulai melanjutkan perjalanan. Namun, tiba-tiba ada yang memanggil kami. Ketika kami menoleh kebelakang, rupanya salah seorang anggota kami tertinggal. Hal itu membuat kami tertawa.

Saat memasuki jalan ke arah Jantho, nampak jalan aspal yang sangat bagus. Namun jalan disebelah kanan sangat memprihatinkan untuk dilewati, padahal jalan tersebut baru dibuat. Dikiri dan kanan jalan nampak bukit-bukit yang hijau. Sebagian ada yang sudah dikerok dan didirikan bangunan. Ketika hampir tiba di kota Jantho, kami disambut oleh pemandangan gunung-gunung yang sedikit ditutupi oleh awan. Pemandangan tersebut membuat keletihan kami selama dalam perjalanan sirna.

Setibanya di pusat kota Jantho, terlihat kantor-kantor pemerintah sepi. Mungkin karena pada waktu itu adalah hari libur. Kecuali itu, perkampungan penduduk juga sepi. Hanya terlihat beberapa keluarga yang sedang melakukan aktivitasnya di halaman rumah. Saat tiba di daerah yang kami tuju, kami memarkirkan mobil di depan salah satu rumah penduduk.

Shalat di dalam hutan
Disana, kami langsung cuci mata dengan pemandangan gunung-gunung yang menjulang tinggi. Sebelum berjalan ke lokasi yang dituju, kami melakukan brifing dulu diatas salah satu puncak bukit. Waktu itu, matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Setelah brifing, kembali dilanjutkan dengan menjelajahi hutan. Kami dibagi beberapa kelompok. Dan berjalan menyusuri hutan dengan cara satu per satu kelompok. Kemudian ketika kelompok yang di depan tidak terlihat, kelompok lain mulai berjalan. Pentunjuk jalan yang ada, Cuma jalan setapak bekas penduduk penduduk setempat menuju hutan.

Dengan berpeluh keringat dan matahari mulai menyengat, kami terus berjalan melewati padang ilalang yang setinggi kepala orang dewasa. Sebagian dari kami, bertugas membawa peralatan. Kami saling bergantian membawanya. Bagi kelompok yang tidak sanggup membawa peralatan lagi, ditinggalkan di tengah perjalanan. Kelompok yang dibelakang menyusul dan membawanya lagi. Hal itu mulai melatih kekompakan setiap kelompok.

Dalam perjalanan, kami juga beristirahat sejenak ketika letih. Setelah minum air putih, badan mulai segar, kami melanjutkannya lagi. Tiba-tiba, suara air mengalir semakin keras terdengar di telinga. Senyuman mulai terlihat di wajah kami. Kami berusaha berjalan lebih cepat. “Udah sampai !!!“ teriak salah seorang anggota. Kami terlihat tercengang menyaksikan panorama alam tersebut. Kami menemukan bendugan. Disalah satu sudut, terlihat keterangan pembangunannya. Bendugan tersebut dibangun pada tahun 1989.

Kami mulai turun dari tangga tempat pengairan satu persatu. Sebagian dari kami berlari cepat menuju air sungai yang dialiri dari celah-celah bebatuan. Mereka mulai mencuci muka masing-masing. Wajah mulai kembali segar. Karena perut sudah mulai keroncongan, kami langsung makan siang di atas batu sambil menunggu kelompok lain tiba. Tidak lama kemudian, kelompok lain tiba di lokasi.

Sebagian dari kami, ada yang mandi, tidur di atas batu sambil mendengar suara gemercik air yang mengalir dan bercanda dengan yang lain. Kami sangat menikmati suasana tersebut. Sangat jarang didapatkan di perkotaan.

Ketika sampai waktu zuhur, kami melakukan shalat berjama’ah di atas terpal yang kami bawa. Kami menghamparkannya tepat di bawah pohon-pohon tinggi di sebelah sungai. Shalat dikelilingi pohon-pohon besar, didukung suasana hutan asli, membuat kami sanggup berlama-lama untuk tidak buru-buru menyelesaikan ibadah wajib tersebut.

Setelah sholat, kami melakukan evaluasi kinerja BEMA selama 4 bulan kepengurusan. Kami membahas berbagai permasalahan intern. Dalam acara tersebut juga diisi dengan pengenalan anggota baru dan curhat-curhatan antar pengurus. Suasana alam seperti itu memang sangat cocok untuk berdiskusi, bahkan bekerja bersama. Sebagian diantara kami ada yang mengatakan, “seandainya saja kantor BEMA ada disini. Khan enak untuk kerja”.

Saat acara bebas, setelah evauasi, sebagian dari kami mulai mandi lagi. Sebagian yang lain, ada yang tidur diatas batu, bercanda dengan kawan-kawan yang lain dan bahkan ada yang duduk-duduk di atas akar pohon yang panjang, sambil berayun-ayun. Terlihat seperti di film Tarzan.

Setelah sholat ashar, kami mulai bersiap-siap untuk pulang. Namun ada juga yang sedang sholat di atas bebatuan sungai. Mereka terlihat khusyuk membacakan ayat-ayat Allah SWT dalam sholatnya. Setelah siap semuanya, kami memasangkan bendera BEMA IAIN Ar-Raniry di tengah-tengah sungai sebelum pulang.

Benar juga, terkadang untuk mendapatkan kepuasan dan suasana yang nyaman memerlukan usaha yang besar. Dengan usaha besar, akan mendapatkan untung besar. Teori itu berlaku juga bagi para petualang.

Penulis : Rahmat Hidayat http://rahmatten.blogspot.com/

No comments: